BELAJAR PERDULI SESAMA (BANJIR SAPAN)

Mendegar berita di salah satu media televisi nasional bahwa terjadi bencana banjir di daerah Bandung Selatan reflek fikiranku menerawang apa yang bisa dilakukan oleh kita selaku pribadi organisasi yang banyak mendengungkan aspek Tri Dharma Perguruan Tinggi yang kesemuanya bermuara kepada aplikasi dimasyarakat. Suatu bentuk keperdulian seperti apa yang bisa kita lakukan menyikapi peristiwa seperti ini. Human Value satu kalimat yang selama ini sering terdengar pada percakapan-percakapan peminuman kopi di sekertariat masih pada tatanan target tetapi pada tatanan actual adalah merupakan barang asing. Diawali dengan diskusi kecil antara sesama anggota aktif di sekertariat tentang apa yang bisa kami lakukan menyikapi bencana tersebut. Tak terlalu lama diskusi yang terjadi, diputuskanlah untuk sesegera mungkin mengirimkan tim pendahulu untuk melakukan survey sehingga terdapat gambaran dari keadaan secara fisik yang terjadi serta kebutuhan-kebutuhan seperti apa yang sangat dibutuhkan secepatnya oleh para korban sedangkan tim lainnya yaitu pusat koordinasi bertugas untuk mengkoordinasikan dan memaksimalkan komponen-komponan kemampuan yang ada di Universitas Padjadjaran Bandung.

Berdasarkan data yang didapat dari tim pendahulu bahwa kebutuhan utama yang diperlukan oleh para korban adalah bahan pangan khususnya bagi daerah-daerah yang tidak terjangkau karena keterbatasan sarana tranportasi, alat transportasi air dan tenaga medis beserta obat-obatan yang paling utama adalah obat kulit serta berak. Sementara itu yang menjadi base camp dari kegiatan ini dilapangan belokasi di rumah Dadang H Basyuni dimana orang tersebut adalah salah satu mahasiswa Universitas Padjadjaran Jurusan Teknik Informatika. Sementara itu tim pusat koordinasi mencoba untuk melakukan koordinasi dengan Unit-Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Padjajaran lainnya untuk terlibat dalam kegiatan kemanusiaan ini. Hampir seluruh Unit-Unit Kegiatan Mahasiswa terlibat aktif dalam keigatan ini diantanya Gelanggang Seni Sastra, Teater dan Film (GSSTF), Lingkungan Seni Sunda (LISES), Unit Paduan Suara Unpad, Unit Pencinta Budaya Minang (UPBM), Search and Rescue (SAR) Unpad, SPDC, KEMA Unpad dan Senat Mahasiswa Kedokteran Unpad selain itu juga beberapa simpatisan dari masing-masing Unit Kegiatan Mahasiswa ikut terlibat juga. Khususnya mengenai pencairan dana. Beberapa skenario yang direncanakan untuk melakukan pencarian dana adalah dengan cara melakukan parade kegiatan seni di kampus Unpad. Dikarenakan lokasi kampus Unpad yang tersebar maka diputuskan untuk melakukan parade seni di Kampus Unpad Pusat Dipati Ukur dan Kampus Unpad di Jatinganor dimana masing-masing Unit Kegitan Mahasiswa tersebut mendapat giliran untuk melakukan parade seni secara bergantian dari hari ke hari

Dimulailah fase pencarian dana, Lingkungan Seni Sunda (GSSTF) dan Gelanggang Seni Sastra, Teater dan film mendapat giliran pertama untuk melakukan parade seni di Kampus Pusat DIpati Ukur dibantu oleh Palawa Unpad sebagai pendukung. Respon dari para mahasiswa tanda diduga sebelumnya sebagian besar untuk melakukan bantuan terhadap misi ini. Tak jarang banyak dari para mahasiswa bahkan ikut membantu dalam pengumpulan dana dari teman-teman mahasiswa lainnya. Selain itu memang keunikan dari parade yang dibikin cukup mendapat perhatian dari sebagian besar mahasiswa pada saat itu mengakibatkan selama acara parade berlangsung ramai oleh para mahasiswa. Dana yang dikumpulkan hari itu cukup banyak hampir mencapai lebih dari 1-1,5 juta rupiah. Tak ada target dana yang kami rencanakan, berapapun dana yang terkumpul akan kami coba salurkan kepada para saudara-saudara kita yang sedang membutuhkan di Sapan sana, itulah komitmen yang kami buat. Dana berupa uang tunai tersebut selanjutnya kami transformasikan dalam bentuk kebutuhan pangan yang tentunya didapat dari tim survey yang telah melakukan hal tersebut. Tak lupa kebutuhan-kebutuhan berupa pangan dan sandang kami terima juga dari beberapa pegawai di lingkungan kampus dan Pembantu Rektor III Bagian Kemahasiwaan. Bahkan Pembantu Rektor II Bagian Peralatan berkomitmen ikut membantu juga dalam bentuk sarana transportasi ke lokasi bencana tersebut.

Tak lama setelah pendataan barang yang terkumpul dilakukan dimulailah proses penyaluran kepada yang membutuhkannya di lokasi kejadian. Berdasarkan informasi data yang diterkumpul oleh tim survey bahwa di beberapa Rukun Warga belum tersentuh oleh bantuan dari luar dikarenakan lokasi yang cukup jauh, tingkat kedalam banjir yang cukup dalam sehingga hanya melalui peralatan sejenis perahulah yang bisa mencapai lokasi tersebut. Malam itu juga pengiriman bantuan berupa beras, indomie dan beberapa kebutuhan pangan lainnya dilakukan. Anggota tim yang bertugas untuk melakukan penyaluran pada malam itu adalah aku, Diki, K’Opik dan Ulloh. Ditemai oleh air ujan dan geledak petir yang menyambar di langit tim dengan semangat memulai tugas ini. Hamparan sawah jikalau dalam kondisi normal berganti dengan genangan air tanpa batas tepian. Tidak bisa dibedakan lagi jalur dibawah perahu yang kita tumpangi berap kedalamannya, berupa sawahkah, jalan atau mungkin sungai. Yang bisa lakukan hanyalah mencoba mereka-reka berapa kedalaman air yang kita arungi menggunakan dayung yang kita gunakan. Dengan suara petir yang menyambar-nyambar membuat kita terbungkuk-bungkuk dalam melakukan pendayungan dan disertai suasana yang mencekam menjadikan perjalanan semakin memberikan makna. “Persis mengemban misi penyergapan di Sungai Mekong” begitu kata-kata K’Opik. Malam itu kita beristirahat di rumah Ketua RW setempat untuk besoknya dimulai proses penyaluran bantuan.

Proses pencarian dana dengan parade dilakukan sama dengan hari sebelumnya, yang membedakan hanyalah pengisi acara parade yang dilakukan secara bergiliran dari masing-masing Unit Kegiatan Mahasiswa yang terlibat dan juga lokasi parade itu sendiri yang dilakukan bergantian di Kampus Unpad Pusat dan kampus Unpad Jatinangor. Pararel setelah mendapatkan dana, tak lama setelah itu dana dalam bentuk uang ditransformasikan dalam bentuk kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan yang didapat dari tim di lapangan. Secara umu tim di lapangan selain mengumpulkan informasi pendistribusian lokasi yang dianggap paling membutuhkan, melakukan menjadi sarana transportasi darurat menggunakan perahu juga melakukan proses evakuasi jika terjadi. Ada suatu hari dimana tim melalukan proses pengantaran seorang janin bayi yang meninggal diakibatkan oleh sang ibu yang lagi hamil mengalami keguguran. Tak lam setelah itu bayi tersebut langsung di lakukan proses penguburan setelah sebelumnya dilakukan proses sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya yaitu Islam. Uniknya proses penguburan dilakukan dengan dalam kondisi darura banjir seperti itu. Alhamdulillah ada beberapa bidang bagian tanah yang tidak digenangi air walaupun tetap saja pada saat penggalian genangan air terjadi tetapi pada akhirnya proses penguburan dapat dilakukan walaupun dalam kondisi yang serba darurat.

Satu hal yang membuat kami tidak habis fikir adalah bahwa bencana banjir seperti ini seringkali terjadi didaerah ini, kami tak tahu apakah ada respek dari pemerintah setempat untuk solusi dari masalah ini. Yang pasti masyarakat yang tinggal didaerah ini menjadi “loyal customer” dari banjir itu tersebut. Tak ada pilihan bagi masyarakat setempat selain dari mencoba untuk menerima tamu-tamu tak diundang genangan-genangan air dirumahnya yang terkadang melahap semua peralatan rumah tangga. Cukup banyak dari dampak banjir yang terjadi, perekonomin terhambar dikarenakan terputusnya jalur transportasi, kegitan belajar-mengajar terhenti, sumber kehidupan berupa sawah tersapu oleh air dan banyak lainnya lagi. Kegiatan dilapangan ditutup dengan Pemberian Kesehatan terhadap korban bencana banjir. Kegiatan dipusatkan di posyandu setempat dimana sebagian masyarakat ikut terlibat didalamnya, sedih bercampur rasa haru kami rasakan selama proses kegiatan yang dilakukan. Total kegiatan yang dilaksanakan memakan waktu 2 minggu. Sungguh kegiatan yang membuat yang jarang terjadi selama ini, adanya kolaborasi dai semua komponen-komponen akademisi khususnya Unpad bersatu padu untuk mencapai tujuan bersama. Suatu pengalaman yang tidak terlupakan dan luar biasa, selain tujuan utama adalah mencoba respek terhadap sesama selain itu juga kerjasama antara, jikalau kita bersatu untuk suatu tujuan bersama tanpa mementingkan ego dan ekslusifitas organisasi maka efek dan hasil yang dihasilkan menjadi lebih maksimal. Mudah-mudahan kegiatan seperti ini dapat terus dipelihara dikemudian hari tanpa melihat kontek bencana semata tetapi mencakup aspek-aspek lainnya. Amin.

“Universitas Kita

Padjdjaran tempat bernaung

Insan abdi masyarakat

Pembina nusa bangsa

Padjadjaran lambing suci

Almamater yang tercinta

Tempat ilmu dan cita

Almamaterku tercinta”

Komentar

Postingan Populer